LINTAS NASIONAL – BIREUEN, Di pagi yang basah lembab hari itu, bulir embun-embun masih bening di rerumpunan, hawa sejuk memeluk belantara Ie Rhob, bahkan kicau burung menggema di seluruh persada Simpang Mamplam, Kabupaten Bireuen, Aceh pada pagi Selasa 21 September 2021
Di hamparan ladang yang luas membentang sampai ke hulu sungai dan pegunungan, hendaklah dibangun sebuah pusat rehabilitas korban narkotika bernuansa islami dan tradisional.
Wacana tersebut telah inkrah dari jauh-jauh hari. Dan tempat yang dipilih menjadi keunikan tersendiri, di pedalaman belantara, dihimpit hilir lembah dan sungai, pula diingkari gunung-gemunung dan hutan yang masih lebat.
Belum lagi alamnya yang masih asri dan segar, serta masih utuh jauh dari jamahan tangan manusia. Ditambah dengan latar historys peradaban sebelumnya.
Menurut warga setempat, dahulu di masa Aceh berkecamuk dalam perang panjang, ditempat itu dihuni oleh para penduduk yang kini sudah berimigrasi ke kampung-kampung lain atau ke luar daerah.
Kini tempat terisolir itu akan berdiri sebuah Pesantren atau Dayah Tradisional dengan konsep modern yang akan memanusiakan anak bangsa.
Tempat itu diberi nama Pusat Rehabilitasi Korban Narkoba dan Penangkal Radikalisme Dayah Al Islah Al Aziziyah III yang mengacu pada Aqidah Asya’ari, Islam Wasatiyah, yang penuh dengan toleransi aqidah salufussalih, yang dirangkum oleh abu Hasan Al Asy’ari.
Pusat Rehabilitasi Narkoba dan Penangkal Radikalisme diinisiasi oleh salah satu ulama Aceh Tu Bulqaini Tanjongan, Pimpinan Dayah Markaz Al-Ishlah AL Aziziyah Lueng Bata Kota Banda Aceh telah lama bercita-cita membangun sebuah Pusat Rehabilitasi Narkoba.
Pada suatu hari, Tu Bulqaini menceritakan niatnya kepada Fauzi Nurdin alias Sanjay, salah satu mantan Kombatan GAM di Simpang Mamplam, Bireuen, namun bak Gayung bersambut, Sanjay yang kini berprofesi sebagai pekebun dan bertahun-tahun menjaga kelestarian Hutan di pegunungan Ie Rhob merespon dengan baik dan siap menyediakan lahan untuk Dayah.
Kemudian Sanjay bermusyawarah dengan masyarakat sekitar agar mendapat izin lahan untuk membangun Dayah Rehabilitasi Narkoba, warga pun menyambut baik rencana itu bahkan siap bergotong royong untuk membantu agar Dayah tersebut segera berdiri.
Hal itu diungkapkan Tu Bulqaini Tanjongan kepada lintasnasional.com yang turut hadir bersama sejumlah santrinya Pesantren rehabilitas tersebut.
Menurut Tu Bulqaini, dengan banyaknya kasus narkoba yang terus meningkat di Aceh akhir-akhir ini menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Dengan ini, ia berinisiasi untuk membangun pusat rehabilitas bernuansa islami dan tradisional.
Ia menjelaskan, nantinya di tempat itu tak hanya menjadi pusat rehabilitasi semata, namun berupaya memberikan pengetahuan tentang islam kepada korban yang sedang direhab.
“Bukan direhab semata, tapi mereka juga akan ngaji disini. Katakanlah mereka sebagai santri yang sedang mondok, serta belajar ilmu agama,” katanya.
Sementara itu, selain tempat rehabilitas dan tempat menuntut ilmu, Pusat Rehabilitasi tersebut juga ingin dijadikan sebagai perkampungan muslim di Aceh, bahkan sebagai penangkal radikalisme.
Melihat Samalanga sebagai Kota Santri, secara harfiah ini menjadi dukungan dan semangat yang amat besar bagi para pelopor Pusat Rehabilitas tersebut.
Pusat rehabilitas itu, berada di Dusun Kuala Hasan Gampong Ie Rhob, Kemukiman Tgk. Di Ie Rhoeb, Kecamatan Simpang Mamplam, Kabupaten Bireuen, Aceh Sekitar 7 KM dari jalan Nasional Medan-Banda Aceh.
Dengan akan didirikannya Dayah Tradisional sekaligus pusat rehabilitasi para pecandu narkoba yang semakin hari makin meresahkan. Tu Bulqaini Tanjongan resmi menepung Tawari (Pereutek Ie On) balee Pertama.
Pembangunan Dayah Tradisional tersebut juga didukung oleh masyarakat setempat dan para Keuchik di Kabupaten bireuen serta mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Lebih lanjut tambahnya, supaya anak-anak bangsa yang sudah terjerumus ke lembah hitam narkoba segera bisa taubat dan insaf, serta menjauhi barang haram tersebut.
Dayah Markaz Al-Ishlah AL Aziziyah (MIA) 3 ini yang di pelopori oleh Tu Bulqaini Tanjongan mendapat dukungan penuh dari masyarakat setempat, para Keuchik kabupaten Bireun serta mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
“Kami berharap masyarakat dan para kombatan serta semua pihak sama-sama mendukung, agar Dayah ini cepat berdiri,” sebutnya.
Sementara itu, mantan kombatan GAM Fauzi Nurdin atau dikenal dengan nama Sanjay mengatakan, keberadaan dayah MIA III tersebut didukung oleh para Keuchiek di Bireuen, masyarakat setempat dan terlebih lagi mantan kombatan GAM daerah Simpang Mamplam.
“Sudah saatnya para kombatan GAM memerdekakan diri dengan memikirkan masa depan generasi yang akan datang serta menjaga keluarga dari api neraka,” kata Sanjay.
Sanjay mengungkapkan dirinya bersama teman-temannya akan meminta dukungan semua pihak agar pusat rehabilitasi ini cepat berdiri.
“Ini sebuah kebanggaan bagi kami, dengan akan berdirinya Dayah pusat rehabilitasi disini, Alhamdulillah, untuk tahap awal sudah tersedia puluhan hektare lahan yang dihibahkan oleh masyarakat, kita berharap dukungan semua pihak agar dayah ini cepat selesai,” pungkas Sanjay
Acara tepung tawar (Peusijuk) dihadiri oleh sejumlah Eks GAM di Simpang Mamplam, Keuchik Khalil, Keuchik Mustawa alias Caplen, Keuchik Wan, Ketua APDESI Bireuen Bahrul Fazal, Keuchik Multazami, sejumlah tokoh masyarakat setempat dan para murid Tu Bulqaini lainnya. (Adam Zainal)