Pemuda Aceh Utara Ikat Kerjasama dengan Persatuan Melayu Pulau Pinang

LINTAS NASIONAL – MALAYSIA, Asosiasi Moesee Aceh (MOESEE) melakukan kunjungan silaturrahmi dengan Persatuan Melayu Pinang (PEMENANG), bertempat di Dewan Bangunan PEMENANG, NO. 60, Jalan PEMENANG, Pulau Pinang, Malaysia. Selasa, 27 September 2022.

Ketua MOESEE Aceh, Mutadar mengatakan, pertemuan ini merupakan kunjungan ke-2 setelah akhir Desember 2018 lalu pada program Muafakat Nusantara Aceh Malaysia.

Ia menyebutkan, pada muafakat tersebut melahirkan sebuah agenda yang diberi nama “Pertukaran Nilai Budaya Aceh Malaysia” dan telah dilaksanakan dengan sukses juga meriah pada 2018 silam.

Kini, sebut Mutadar, Moesee Aceh kembali berkunjung dan disambut hangat lembaga asosiasi ternama yang dipimpin Tan Sri Dato’ Seri (Dr.) Haji Mohd Yussof Latiff.

Lembaga yang kerap disebut PEMENANG ini, kata Mutadar, merupakan lembaga yang sangat berpengaruh dalam memperjuangkan hak-hak Melayu di Malaysia terutama dalam bidang Ekonomi, Pendidikan, Sosial dan Budaya.

“Banyak inisiatif juga ide-ide yang dapat diambil dalam pertemuan ini, sehingga dapat melahirkan sebuah kesepahaman dan kerjasama yang dapat membangkitkan semangat dalam menangani isu-isu pendidikan, sosial dan budaya melayu,” ujarnya.

Sebagai langkah permulaan, Mutadar menjelaskan, di peringkat negeri Pulau Pinang. President PEMENANG Tan Sri Yussof Latiff akan menubuhkan beberapa golongan profesional dan intelektual Melayu.

“PEMENANG mencadangkan penyelesaian masalah orang Melayu di Pulau Pinang. Tan Sri akan membawa usul dan cadangan ini dalam kongres yang bakal diadakan kelak untuk tindakan secara pro aktif.,” jelasnya.

Menurut Mutadar, sudah tiba masanya orang Melayu harus bersatu dan mengenepikan perbedaan faham politik demi kepentingan dan pembelaan orang Melayu sendiri.

“Orang Melayu harus mempunyai perancangan jangka panjang bagi melahirkan bakal pemimpin Pulau Pinang seterusnya untuk memimpin negara,” tuturnya.

Di samping itu, Mutadar menanggapi soalan-soalan kepentingan Melayu-Aceh, maka identik dengan Melayu itu sendiri, terutama dalam hal-hal bacaan dan tulisan Arab-Jawi.

Ia menuturkan, oleh sebab itu, keserumpunan antara Aceh dan Malaysia ibarat ikatan abang dan adik sedarah yang takkan dapat dipisahkan. Hampir seluruh tulisan dan bacaan kitab Jawi di Aceh masih sangat kental diminati, khususnya di pusat-pusat pengajian seperti Dayah atau Pondok Pasantren, setiap balai pengajian atau setingkat TPA/TPQ di kampung-kampung.

“Hal ini dapat dijadikan acuan dan contoh yang perlu dipertahankan, “tukasnya.

Selain itu, Mutadar juga memberi pandangan bagi President Persatuan Melayu Pinang, bahwa ketidak-tertarikan anak-anak Melayu dalam mempelajari tulisan dan bacaan jawi disebabkan karena mereka sendiri asing bahkan tidak mengenal apa, bagaimana dan siapa Melayu.

“Maka, perlu ada upaya untuk memperkenalkan, membiasakan dan mengemas semenarik mungkin supaya generasi Melayu ini terus terjaga serta diminati dari beragam kalangan,” ungkap Mutadar.

Lebih lanjut, Alumni UIN Ar-Raniry Banda Aceh itu bertekad bekerjasama dalam menyokong peran dan tanggungjawab PEMENANG memperjuangkan pendidikan, sosial dan budaya di tanah Melayu ini.

“Kami berpendapat untuk menarik bakat minat masyarakat Malaysia dalam membudayakan tulisan dan bacaan Jawi melalui sebuah event yang disebut gerakan 1.000 tangan Melayu,” kata pemuda kelahiran Aceh Utara itu.

Even ini, tambah Mutadar, bukan hanya semata terpatri pada bakat dan minat baca maupun tulisan malayu jawi saja, melainkan juga menjadi pentas seni budaya serta wadah dalam melestarikan kuliner tradisional antara Aceh dan Malaysia.

Menurutnya, wacana ini nantinya akan dapat dikemas semenarik mungkin serta dapat mengikat dan merajut ukhuwah persaudaraan yang semakin baik antara Aceh dan Malaysia.

Sementara itu, President Tan Sri Mohd Yussuf Latiff sangat bangga dan mengapresiasi atas sumbangan ide-ude kreatif yang disumbangkan pemuda kelahiran Meurah Mulia itu.

Tentunya pula, Tan Sri Yussuf memuji atas tindakan dan semangat anak muda Aceh ini dalam kepeduliannya terhadap dunia Melayu. Ia juga meminta kepada Katua Umum Asosiasi Moesee Aceh agar dapat menyerahkan kertas kerja kepada pihak PEMENANG

Hal itu supaya dapat membawa usul dalam kongres PEMENANG dan dapat melakukan hubungan kerjasama dengan baik antara MOESEE ACEH dan PEMENANG dalam mewujudkan cita-cita serta harapan masa depan bumi Melayu.

Tan Sri Yussuf juga menyarankan kerajaan dan khasnya Kementerian Pendidikan untuk mewujudkan pelajaran jawi dalam kalangan pelajar bagi sekolah rendah dan Institusi Pengajian Tinggi juga Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) Malaysia.

“Ini akan memberi satu inspirasi baru kepada generasi muda yang dapat merasai nikmat komunikasi dalam tulisan jawi yang harus dipelihara dan dimajukan sebagai warisan sebati budaya orang Melayu,” tutupnya. (Red)