Oleh: Anwar, S.Ag, M.A.P
Dayah merupakan jantung Kota Santri dan Kabupaten Bireuen tidak akan mencapai visi Kota Santri tanpa fondasi Dayah yang kuat, baik melalui penguatan yang sudah ada maupun pembangunan yang baru. Dayah yang sudah ada dan terakreditasi sampai akhir tahun 2024 berjumlah 191 umit tersebar di 17 kecamatan.
Bireuen memiliki aset berharga yang siap ditingkatkan menjadi pusat pendidikan Islam, budaya dan ekonomi Islam modern. Pengembangan ini bukan sekadar soal batu dan semen, tetapi tentang menciptakan ekosistem yang hidup untuk santri, guru dan masyarakat.
Strateginya adalah memperkuat dayah yang ada agar menjadi tulang punggung Kota Santri. Akan tetapi saat ini, banyak dayah di Bireuen beroperasi dengan bangunan tua atau semi permanen yang rentan terhadap banjir dan kerusakan. Membangun asrama tahan bencana, ruang belajar yang nyaman dan fasilitas dasar seperti air bersih, sanitasi dan listrik harus menjadi prioritas.
Memasuki era digital, dayah butuh peningkatan fasilitas teknologi. Setiap dayah kedepan harus memiliki akses internet dan proyektor untuk pengajaran, memungkinkan santri belajar teknologi dasar seperti pengolahan data atau desain grafis. Live streaming atau Podcast pengajaran berbasis teknologi informasi melalui media sosial. Sehingga kegiatan kajian kitab kuning bisa diakses oleh masyarakat diluar dayah.
Kedepan, pengembangan kurikulum dayah yang ada dibutuhkan pendekatan pendidikan tanpa kehilangan akar tradisional. Dayah dihadapkan untuk mengintegrasikan pelajaran vokasional dan teknologi ke dalam kurikulum salafiyah, sambil tetap fokus pada kajian kitab kuning. Ini akan menjadikan santri lebih siap menghadapi era globalisasi.
Pemberdayaan ekonomi dayah menjadi unit produktif, misalnya, dayah bisa mengembangkan kebun kakao, pinang atau kelapa sawit, dengan santri dilatih mengelolanya. Dayah menghasilkan pendapatan sendiri untuk operasional, mengurangi ketergantungan pada sumbangan para donatur. Harapan kedepan banyak dayah mandiri tumbuh di Bireuen.
Walaupun di Bireuen saat ini memiliki banyak dayah, tapi masih membutuhkan pembangunan dayah baru untuk menjangkau lebih banyak santri dan memenuhi kebutuhan masa depan. Strategi pengembangan dayah baru meliputi pemilihan lokasi strategis.
Dayah baru dapat dibangun di Kecamatan yang masih minim fasilitas pendidikan Islam, seperti daerah pedalaman atau pesisir, masing-masing dengan kapasitas minimal 100 santri, memanfaatkan lahan wakaf atau hibah masyarakat.
Dayah baru harus dirancang dengan konsep modern, bangunan tahan gempa dan banjir, energi terbarukan (Panel Surya), dan fasilitas lengkap (asrama, ruang belajar, ruang IT). Ini akan menjadi model dayah abad 21 yang tetap sederhana namun fungsional, dengan biaya konstruksi yang efisien melalui kerja sama pemerintah dan swasta.
Setiap dayah baru bisa memiliki fokus khusus untuk mendukung Kota Santri. Misalnya, satu dayah di Jangka bisa mengkhususkan diri pada tahfidz dan teknologi kelautan, sementara di Peusangan Siblah Krueng atau Peusangan Selatan fokus pada agribisnis syariah. Bireuen bisa memiliki jaringan dayah tematik yang saling melengkapi.
Pembangunan dayah baru diharapkan melibatkan gotong royong warga, dari penyediaan lahan hingga tenaga kerja dengan dukungan anggaran dari pemerintah dan donatur. Targetnya, setiap dayah baru melibatkan masyarakat lokal sebagai pendukung aktif, memperkuat ikatan sosial.
Pengembangan dayah lama dan baru tidak boleh berjalan terpisah. Dayah yang sudah ada bisa menjadi pusat pelatihan atau mentoring bagi dayah baru, berbagi teungku berpengalaman dan best practices. Sebaliknya, dayah baru bisa membawa inovasi teknologi atau spesialisasi yang menginspirasi dayah lama untuk beradaptasi.
Pengembangan dayah kedepan 10-15 tahun, diharapkan memiliki jaringan dayah yang terintegrasi dengan minimal 50% dayah (lama dan baru) memenuhi standar Kota Santri: fasilitas modern, kurikulum relevan dan mandiri secara ekonomi.
Pengembangan ini akan meningkatkan kapasitas pendidikan Islam di Bireuen, menarik lebih banyak santri dan menciptakan lapangan kerja lokal melalui konstruksi dan ekonomi dayah. Namun, tantangannya pada pendanaan untuk renovasi dan pembangunan baru membutuhkan investasi besar, koordinasi antarpihak harus kuat dan risiko bencana alam harus diantisipasi dengan desain yang tepat.
Solusinya adalah kemitraan dengan pemerintah, swasta dan masyarakat, serta perencanaan yang matang. Dayah, baik yang diperkuat maupun yang baru dibangun adalah fondasi fisik dan spiritual Kota Santri. Dari Samalanga hingga Gandapura, dari bangunan kayu tua hingga gedung modern bertenaga surya.
Dayah di Kabupaten Bireuen akan menjadi simbol Bireuen Kota Santri yang bangkit, sebuah kabupaten yang menghormati tradisi, tetapi berani menatap masa depan. Pengembangan ini adalah langkah pertama untuk menjadikan Bireuen pusat pendidikan Islam yang hidup dan berkelanjutan melahirkan dayah mandiri.
Penulis merupakan Kepala Dinas Pendidikan Dayah Kabupaten Bireuen