Oleh: Elvira
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki begitu banyak pulau dan zona laut dari pada daratan. Hal ini menyebabkan banyaknya sampah plastik yang sampai ke laut, sehingga menjadikan Indonesia penyumbang sampah terbanyak secara global.
Pada tahun 2020 wilayah lautan Indonesia sudah tercemar dengan perkiraan 1.772,7 gram sampah per meter persegi. Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mendata Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah per tahunnya.
Sebanyak 5 persen, atau 3,2 juta ton merupakan sampah plastik.
Produksi sampah plastik secara nasional mencapai 175.00 ton per hari. Rata rata satu orang penduduk Indonesia menyumbang sampah sebanyak 0.7 kg per hari.
Bisa dibayangkan jika dikalkulasi dalam skala tahunan. Sampah plastik merupakan sampah anorganik, dimana agar alam dapat mengurai atau menghancurkan sampah anorganik maka memerlukan waktu yang sangat lama, plastik membutuhkan waktu 50-100 tahun untuk bisa terurai.
Kepadatan penduduk, peningkatan status ekonomi, dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari akan berbanding lurus dengan peningkatan daya beli atau sifat konsumtif masyarakat, dapat dibayangkan sudah berapa banyak kantong plastik yang menumpuk jika kita tidak membawa tas belanja sendiri. Penumpukan sampah berbahan plastik tentu akan semakin banyak disekitar kita.
Sudah cukup banyak permasalahan lingkungan yang terjadi disekitar kita seperti ketersediaan sarana air bersih, pencemaran udara, bencana alam, penyakit yang berbasis lingkungan, dan penumpukan sampah.
Saat berbelanja di toko ritel modern kasir pasti akan bertanya apakah membawa tas belanja. Bila tidak, mereka akan berkata, kantong plastiknya berbayar ya. Tanpa berfikir panjang, kita langsung saja mengangguk tanda setuju.
Hampir semua toko ritel modern menanyakan hal yang sama saat di depan kasir. Sebagian orang berfikir, sangatlah merepotkan bila harus membawa tas belanja sendiri. Namun apabila melihat kepada besarnya manfaat yang di hasilkan, maka tanpa perlu banyak komentar dan penolakan pasti masyarakat luas dengan sukarela akan melakukannya.
Dengan membawa tas belanja maka pemakaian kantong plastik akan berkurang, dengan berkurangnya pemakaian kantong plastik secara tidak langsung akan mengurangi penumpukan sampah plastic. Sampah plastik yang kurang dapat mencegah permasalahan lingkungan seperti terjadinya bencana alam banjir.
Kantong plastik berbayar bertujuan untuk menekan penggunaan kantong plastik oleh masyarakat. Ini merupakan kebijakan yang berwawasan kesehatan, dan kita membutuhkan lebih banyak kebijakan kebijakan pemerintah yang berwawasan luas terhadap kesehatan, karena kesehatan bukan hanya tanggung jawab kementerian kesehatan dan petugas kesehatan saja. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia menduduki peringkat ke 2 Negara penghasil sampah laut terbanyak di dunia setelah China.
Selain itu ada hal yang perlu kita ketahui dan waspadai tentang bahan plastik yang mungkin tidak terlalu banyak orang tahu, bahwa plastik itu sendiri mengandung polutan yaitu bahan kimia yang berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan. Bahan kimia yang terdapat didalam plastik akan terus terakumulasi di dalam tanah, dan menjadikan unsur unsur hara didalam tanah juga terganggu. Unsur hara merupakan salah satu sumber makanan bagi tumbuh tumbuhan.
Sampah yang mencapai laut akan menganggu biota biota laut dan laut akan tercemar bahan kimia. Banyak binatang laut mati akibat memakan sampah plastik.
Kebijakan meminimalkan pemakaian kantong plastik dengan cara kantong plastik berbayar saat berbelanja secara tidak langsung akan berdampak pada peningkatan status derajat kesehatan masyarakat.
Selama ini kita terus berfokus pada kesehatan setelah munculnya penyakit. Salah satu contoh penyakit adalah diare, maka kita sering berfikir untuk mencari pengobatan terhadap penyakit tersebut bagaimana caranya agar segera sembuh.
Penyakit diare adalah salah satu penyakit berbasis lingkungan yang bisa saja tidak terjadi atau dapat dicegah dengan sehat nya lingkungan sekitar.
Kualitas hidup manusia yang sehat sangatlah tergantung kepada kondisi lingkungan sekitar dimana manusia tinggal dan berinteraksi. Kualitas tanah yang sudah terkontaminasi dengan unsur kimia dari sampah plastik yang tidak terurai akan menggangu ekosistem dan menyebabkan kualitas tanah menurun dan gangguan kesehatan terhadap manusia.
Badan kesehatan dunia (WHO) , mendefinisikan kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang semestinya ada antara manusia dan lingkungan sehingga tercipta penjaminan keadaan sehat dari manusia itu sendiri.
Seluruh dunia sudah mulai menerapkan pengurangan pemakaian kantong plastik atau yang berbahan dasar plastik. Hal tersebut merupakan salah satu upaya mengurangi dampak sampah plastik yang berbahaya. Tanpa peran serta masyarakat maka kebijakan ini tidak lah mudah untuk diterapkan, masyarakat harus mulai aktif menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah kerusakan lingkungan. Lingkungan sehat akan berdampak kepada status kesehatan masyarakat juga. Jadi kita harus berfikir panjang jauh kedepan.
Bumi ini akan di wariskan kepada anak cucu kita. Sudah menjadi tanggung jawab kita untuk terus menjaga warisan ini dengan maksimal. Sehingga kita meninggalkan warisan yang terbaik untuk mereka dan bermanfaat. Dengan kebijakan kantong plastik berbayar maka masyarakat akan terdorong membawa tas belanja sendiri sehingga akan mengurangi sampah plastik.
Dengan sampah yang berkurang maka bisa mencegah penumpukan sampah plastik di pinggir jalan, di sungai dan selokan sehingga akan mencegah terjadi banjir dan laut akan bebas dari sampah plastik.
Penulis merupakan Mahasiswi Magister Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteraan Universitas Syiah Kuala